Pages

Subscribe:

Labels

Prakata;

Blog ini dalam tahap pengembangan, sumbangsih ide, kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih..

Minggu, 05 Agustus 2012

Berjalan Di Antara Rerimbun Sawit

berjalan di antara rerimbun sawit
aku seperti kembali dihadapkan pada keruwetan nasib
cakrawala hitam membentang tanpa tepi
di situ, seolah burung hitam
Aku melayang-layang mencari kepastian

kekasihku
batinku kosong mlompong
seperti lorong-lorong sempit kebun sawit
sudikah engkau memenuhi
dengan segala gelegak rindu

kekasihku,
kekasihku
aku linglung menemukan relung tempat kau bermenung
berulang kali mencari
tak jua ujudmu mampu kutemui

apakah jiwaku terlalu kerdil untuk dapat merangkulmu
jika benar begitu, maka biarkan aku terus melayang
agar labirin semu kehidupan ini
mampu kupandang dengan luas
dan dengan pasti kutemukan arah
menuju fitrahmu


Palembang, 04082012

Rabu, 21 Maret 2012

Ketika Memandang Sebuah Potret


ketika memandang sebuah potret
ada menara menjulang sunyi
tembus dadaku

hanya sekali
terdengar jerit panjang
seperti ada yang jatuh dari puncaknya

setelah itu tak ada apa-apa
selain bangkai-bangkai kataku
yang menjelma puisi

Jakarta, 210312

Hujan Di Pedalaman


 
pada tanah-tanah pedalaman
hujan terjebak kebingungan musimnya sendiri
kebingungan yang mesra
kemesraan yang lugu
seakan memang seperti itu harusnya

padahal dalam diam rawa-rawa
begitu terdengar kasak-kusuk
tentang kedatangan fajar yang berkabut
yang mengusik tidur panjang dan membenamkan mimpi
ke tempat terdalam dari tubuh mimpi itu sendiri

ya! hujan pada tanah pedalaman
selalu seperti kembara yang membuat goresan
pada kulit-kulit pohon di setiap awal kedatangan
meski tidak semua datang sebagai fajar pemberi terang
beberapa di antaranya bahkan membawa sial

mendangkalkan sungai
menyusutkan hutan
menelanjangi bukit-bukit
dan menciptakan lubang hitam dalam pada tanah
pada dada-dada penghuni pedalaman

kembara sejati adalah aku
menampung hujan di pedalaman
dalam saku bajuku

Manokwari, 16 Maret 2012

Minggu, 05 Februari 2012

Pulang ke Kotamu


Pulang ke Kotamu

aku elang,
memandang nyalang padang kenang

aku ingat, pada rumpun belukar hitam
kumangsa tikus hitam di situ
memang tak enak
darahnya amis, dagingnya tipis tak seperti kelinci
tapi cericitnya selalu menggairahkan

pulang ke kotamu
aku senang,
bertengger di dahan randu lapuk
sembari mematuk sisa sisa cerita
yang lekat padanya

terutama tentangmu
; cah ayu


Salam
-Chinmi-
06022012

Rabu, 18 Januari 2012

Kelok 44 Maninjau


Kelok 44 Maninjau


"adakah yang lebih tajam dari kelok jalan ini Bang?"
begitu lembut tanya itu menatapku

"tentu, jalan hidup manusia. seringkali kita tibatiba ke kiri setelah berbelok ke kanan, seperti jalan menurun ini, sayang. tapi lihatlah! Maninjau nan rancak tersenyum indah di ujung perjalanan dan kita akan bersampan mesra ke tengahnya."

Salam
-Chinmi-
190112