Pages

Subscribe:

Labels

Prakata;

Blog ini dalam tahap pengembangan, sumbangsih ide, kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih..

Senin, 10 Januari 2011

Perjalanan

aku ingin memeluk langit
yang ketiaknya sewangi subuh
bukan tubuhku semisal tubuh-
tubuh bus kota yang sangit

meliukliuk pada jalur padat
semisal jalan menujumu yang terhambat
oleh segala keinginan
pada setiap pemberhentian

akan aku gelar tubuhku sebagai
sajadah persembahyanganku sendiri
kemudian badan-badan halte berkarat
terbungkuk memelukku lalu lamatlamat

terucap; astaghfirullah hal adzim..
perjalanan adalah takdir


-Chinmi-
28122010

Langgam Malam

malam buta aksara
tak dapat membaca angka
pada rembulan yang berdetak
aku tergeletak,

mendem kecubung wulung
yang tumbuh subur di puncak gunung
seorang gadis, melambai
;permainan baru dimulai

gadis itu rembulan
yang meraih tanganku untuk menari
berjingkat ke kanan,
berputar lalu ke kiri

pada gerak ke sekian
semua lantas sunyi
hanya aku sendiri
menari

menari sunyi


-Chinmi-
111210

Purnama Berikutnya

bebungaan mekar
kala purnama
cintaku mawar
di antaranya

tapi..
engkau tak melihatku

purnama berikutnya
aku belum layu
engkau tak jua
melihatku


-Chinmi-
081210

Pancaroba Belum Berlalu

kunanti musim bertajuk awan
untuk mulai menabur benih
pada tubuhtubuh pancaroba
engkau tak bergeming

ketika hujan liar di mata
kau munajatkan derasnya untuk memanggilku
namun terik mentari menguapkannya tiba-tiba
sebelum sampai kepadaku

engkau kembali memanggilku
dengan suara paling merdu
dari sebuah hujan
tik..tik..tik..

setetes air jatuh tepat di keningku
lalu aku ingat engkau
tapi aku juga ingat
pancaroba belum berlalu

dari hatimu


-Chinmi-
291110

Dongeng Telah Tuntas

: Mbah Marijan


abad-abad penantian telah usai
aku menari,
aku menari gusar
menyambut jenazahku sendiri

aku lelaki nandang loro bronto
mati merana dalam dekapan
perawan suci yang telanjang
tanpa sempat meniduri

kini pahamkanlah
aku pantas mati sebagai persembahan
untuk mengekalkan dongeng
dongeng purba tentangmu

perawan suci,
aku padamu sebelum akhirnya
abu-abu tajam merajam
rinduku


-Chinmi-
091110

Kapan Laela?

mengertikah kau, betapa bukit
rindu ini telah menjadi belantara lebat
aku begitu tersesat
ketika kurambahi ketakutanku sendiri

di saksikan bebatuan yang menua
aku melolong frustasi
hingga penguasa rimba mendekat dan bertanya
; apakah kau ingin menjadi srigala?

aku menggeleng
karena aku ingat engkau laela
aku ingat kau berjanji membuatku melolong
panjang pada malam pertama

lalu kita sama-sama menjelma srigala
yang rakus melumat purnama

kapan..


-Chinmi-
221010

Sebuah Nama

cah ayu,
sekali saja panggil namaku
dengan merdunya suara
seorang kekasih yang telah bercinta
ribuan malam

lalu biarkan kuendus
jejak dari setiap helaan nafas
yang tertinggal ketika kau puisikan namaku
seolah aku telah mencarimu
ribuan malam

lalu kenanglah malam ini
serupa Jabbal Rahmah yang menjadi saksi
ketika akhirnya Siti Hawa dipertemukan kembali
dengan Adam yang terlunta

sebenar-benarnya
aku pun terlunta!


-Chinmi-
151010

Aku Takut Mati Muda

semenjak mana aku menaruh iba
pada waktu yang termangu menatap renjana
begitu jelata
mengais-ngais sisa senja

apakah ini karma
karena waktu telah memperdaya usia
membodohinya dalam ketakutan sederhana

semenjak mana aku tertawa
membodohi waktu dan usia
atau justru aku
telah bodoh


-Chinmi-
111010

Anomali Musim

ini desember bukan?
orang jawa bilang:
lagi gede-gedene sumber

lalu mengapa matamu begitu kemarau
kekasihku?


-Chimi-
101010

Bicara Masa Lalu

dalam perjalanan
waktu rupanya tak pernah lupa mencatat nama-
nama dengus nafas yang lahir
dari rahim kegelisahan

mungkin karena waktu jua
adalah bapak dari segala tragedi

yang menimang syak wasangka hingga dewasa
hingga lengannya benar-benar kokoh
untuk menggali tanah
pekuburan untuknya sendiri

kemudian terabaikan,
hilang
lalu ditemukan terlahir kembali dalam sebuah koloni
dan waktu mencatat namanya
;masa lalu


-Chinmi-
26082010

Selembar Surat Untuk Angin

tempo hari aku berkirim surat
pada angin, kukatakan; "langit
disini sudah sedemikian pekat
sesak oleh orasi yang mulai basi,
jadi usah bertiup kemari!"

tadi pagi angin mengetuk jendelaku
ia berkata; "suratmu terlambat sampai,
aku terlanjur terbuai dan kemari
hendak menagih janji."

sudahlah! (ucapku lirih)
orasi itu sudah basi


-Chinmi-
03082010

Sajak Tentang Sajak

kutemukan sajak diantara tumpukan malam lapuk
terbiarkan begitu saja
mungkin dibuang setelah dibaca
atau malah tidak sama sekali.

baris awalnya ditulis dengan huruf kapital
“KAU KEKASIH YANG MENIKAM DUSTA DI PUNGGUNGKU.”
teknik penulisan seperti ini jelas tidak memenuhi kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

“aturan penulisan manapun tak berlaku untuk orang sakit hati. Toh puisi adalah totalitas dalam kata. Bukan begitu?”

entah kenapa, tiba-tiba berhamburan nada-nada pembelaan terhadap sajak itu dari hatiku, yang tuntas pada larik terakhir
“KAU KEKASIH, AKU RAGU.”

?
hening,
lalu yang tersisa sajak
dan aku yang ragu

-Chinmi-
30072010

Ough..

berjalan di pagimu, aku tangkap
gemerisik daun bambu. ada anak burung di sana
memimpin orkestra paling syahdu
namun waktu telah meniadakan

melenggang di pagimu, aku dapati
gedung-gedung membisu
kembali aku rindu pada anak burung yang menyunting
gemerisik daun bambu untuk bersama mewartakan pagi lewat celah-celah mimpi
tak seperti dengung pendingin ruangan
yang menghapus subuh dari runut waktuku

ough..


-Chinmi-
26072010

SAJAK DAHAN JAMBU

Tepi-tepi kubah langit ternodai merah dan jingga matahari, saat senja menghantar temaram. Kini, di tempat dimana tadi mentari padam, tampak rembulan kemayu merias wajah, bersiap untuk malam yang panjang. Dan memang malam benar-benar panjang untukku. Tapi aku tahu, ini baru mula. Sebermula kabut tipis yang turun begitu rendah, hingga kaki-kaki pohon hanya tampak samar dari tempatku bergantung. Entahlah, mungkin juga mataku yang mulai lamur karena terlalu banyak menangis.

Bagaimana tidak?
Ini adalah kali pertama purnama memangkuku dalam kesendirian.

Adakah kau tahu arti kesendirian untuk seekor kelelawar betina dewasa seperti aku?
Ya, tentu saja; sebuah cemooh, sebuah gunjingan yang berhembus dari dahan ke dahan, lalu menggema di dalam gua, yang baru akan berhenti bila musim kawin tiba, karena mereka asyik dengan pasangannya masing-masing.

Sementara aku memilih berpura-pura sibuk mengumpulkan makanan. Padahal itu tak penting. Yang lebih kubutuhkan sekarang adalah mengumpulkan keberanian untuk menghadapi malam-malam mengerikan. Dan lebih mengerikan ketika akhirnya aku tahu, aku telah berjudi mempertaruhkan seluruh hidup dengan berjanji untuk setia menunggu.

O, kekasih..
Inikah sajak sunyi yang sengaja kau cipta untukku? Sedangkan bentang sayap ini semakin melemah untuk terus mengapit janji agar tidak jatuh dalam malam yang benar-benar usang. Tidakkah kau tahu, betapa setiap saat rasa putus asa tumbuh semakin besar di dadaku? Bahkan menindih hasrat untuk terbang mengitari senja dan merasakan manisnya bunga-bunga jambu yang baru mekar.

kekasih,
lihatlah! bunga-bunga jambu pun luruh untukmu.
dan aku masih menunggumu, meski purnama tlah berlalu.


-Chinmi-
18072010

Langgam Urban

kuberangkatkan padamu
air bah yang meluapi pesta-pesta,
menikahi hiruk pikuk kota
dan menjadikan sawah ladang dimadu

kuberangkatkan padamu
Jakarta


-Chinmi-
28062010

Qodratillah..

kekasihku,
dalam matamu mulanya menyeret dan tenggelamkanku. seolah telaga yang tak hanya menampung wajahku lewat bening yang pasti berkata apa adanya.

begitupun ketika aku menjadi dedaunan kering, kau jadikan perahu dan kau hembuskan angin
agar berlayar melintasi kesunyian paling hening, menyambangi sudut-sudut terpencil jiwa hingga kutemukan kembali renik-renik keindahan yang telah lama hilang

kekasihku,
akhirnya kupilih dirimu. karena di matamu sejatinya keindahan bermukim. dan izinkan kumenjadi penjaganya.


-Chinmi-
21062010

Miris

hujan baru luruh
mataku
menggenangi sudut-sudut sepi yang kau amin-ni
dengan pergi

sudah,
sudah.


-Chinmi-
11062010

Sepertiga Malam Di Perkampungan Kumuh

kusaksikan tubuh-tubuh rapuh berbagi ketiak
menyibak malam basah seolah tabir
ada dengkur, menembangkan mimpi yang dipungut
dari tempat-tempat sampah
dari kaleng-kaleng kosong
dari cerita kepahlawanan yang mulai usang

sementara mataku telah begitu silau oleh lampu kota
hingga apalah artinya

sepertiga malam,
kutunaikan semua kemungkaran dalam sujud panjang
dan kuseka embun yang lirih berbisik
"nikmat mana lagi yang kau dustakan?"

entahlah..
terlalu banyak,
memang


-Chinmi-
02062010

Mariana Lesomar

(Percik Surga Maluku Tenggara)

ceritakan padaku sekali saja! tentang garis pantai memanjang yang membuatmu cemburu. karena disitu, tanpa sengaja kuacuhkan isyarat cinta yang kau guratkan pada gundukan pasir yang kau sebut
;istana

padahal, andai kau bersedia masuk lebih dalam, istana cinta sesungguhnya ada di rongga dadaku. telah lama kubangun dengan susah payah dari bongkahan-bongkahan rindu dan cemburu, jauh sebelum kau mengerti arti cemburu itu sendiri.

jangan berkata kau tak melihatnya! bukankah pernah kuajak kau meniti semburat yang menjadi satu-satunya jalan menuju kesana? bukankah tlah kau saksikan pula, betapa semua pintunya masih tertutup rapat-rapat, hanya untukmu?

Lesomar sayangku,
bila sepintas aku menepikanmu, itu pasti karena langit yang menghamparkan takjub di bentang cakrawala Pantai Pasir Panjang ini, yang menawarkan senja tempat biduk tertambat.

dan bila sekilas aku mendiamkanmu itu hanya karena ombak yang menyiramkan kesadaran, bahwa kita terlalu lama tenggelam dalam lupa tuk bersujud, bersyukur.

Lesomar,
aku, kau tak berarti apa-apa dibandingkan butiran lembut pasir putih ini sekalipun


-Chinmi-
Langgur-Maluku Tenggara, 29042010

Senja Barat Natsepa

sajak cinta apa mesti beta cipta
sedang kau selembut pasir putih Natsepa
begitu anggun disapu angin yang berebut tiba ke pantai

ini bukan tentang hasrat menggebu tuk menyandingmu di pelaminan malam
seperti bocahbocah yang membuat ceruk di pasir, memekik girang ketika mendapati butirbutir kerang
bukan, bukan itu

betapa beta tak mampu menampik senyum
yang menjaga senja tetap jingga
sedang beta terlanjur menjadi malam abadi
seperti kenangan yang menjadi bagian lain pertemuan

maka kenanglah!
bersama senja terakhir di barat Natsepa


-Chinmi-
Ambon, 27042010

Om, Tante

katakan pada wanita
yang menembangkan hasrat ranum pada daundaun muda
;bahwa melodi cinta di sudut rumah sisa irama kosong dan dingin
karena gitar tlah ia bawa pergi bersama pinggangnya

katakan pula pada lelaki
yang kepalanya ditumbuhi angkaangka
;bahwa pintu rumah telah rusak
hingga anjing jalanan bisa keluar masuk seenak perut
memakan nasi dan menggigit istri

tolong!
katakan pada mereka
;tunas yang disemai sebelum ini
patah semalam

katakan!


-Chinmi-
120410

Ketika Pagi, Seusai..

desahmu masih menempel di telinga
bergelanyut di bibir ranjang,
lalu melompat keluar jendela kamar

suara ranting berderak patah
tanda kau tergesa pergi,
mungkin berlari

mengapa?
bukankah pepohonan tak meneriakimu maling
juga dedaunan talas itu
tak akan mengadukanmu pada bapakku
;bahwa semalaman kau bersamaku mengulang kisah yang pernah diperankan Adam dan Hawa hingga terusir dari surga

apa kaupun berpikir begitu?
tentu, bila akhirnya kau biarkan ranjang ini menjadi sunyi
tapi datanglah besok bersama bapakmu!
kupastikan surga itu tak beranjak dari kamarku


-Chinmi-
100410

Memoar Cempaka Putih

# 1
perempuan renta terbaring di langit kota
beralas gurat lelah membentuk mata
lelah yang menyemburat bersama senja memanggil

di dadanya ada mimpi
juga sepenggal nafas
berbungkus jarik kumal

di tepi senja ia terpejam
entah bermimpi
entah bernafas

# 2
kakikaki kecil telanjang
menapak bara
bara sisa pembakaran jiwajiwa yang mati

# 3
lengking kecrek genit memecah langit
deruderu mesin
mengiringi liukliuk nakal

mataku menuduh
; lentiklentik itu
bias, seperti dadadada yang menyembulkan buah jeruk

sejenak angkuhku terbahak
namun traffic light segera menyalakan kesadaran
; betapa hidup hanya untuk dijalani


-Chinmi-
18 Maret 2010

JIBRIL,

sambangi aku!
yang dipasung telanjang
dalam ruang pikir membeku

tangis tlah terenggut bersama doa yang tak sempat terucap
menggumpal di rongga mulut
menjadi dahak dan terpaksa harus kutelan

sambangi aku!
seperti kau hadir ketika Ibrahim dipanggang di atas bara
lalu kau selimuti dengan kesejukan
hingga tak secuilpun lidah api menjamah

Jibril,
api yang gagal itu kini memberhangus hatiku

lalu?
bukankah kau Jibril yang sama?


-Chinmi-
170310

Malam Kepadaku

kudapati malam
menggigil di sudut dusun
berselimut kabut basah

"hei kau!"
tibatiba malam berucap
;lihatlah surau itu! sedari pagi terkunci
bilakah kurobohkan saja?

aku..


-Chinmi-
220210

Pada Sebuah Halte

udara berat menyetubuhi malam
lahirkan gelisah di dalam halte
ada aku disana
dengan aroma tubuh basah

dan selokan yang semula hening
bersenandung pada hatiku yang hujan
tergenapi tangis meluap
penuh sedu sedan

o, halte
jalan raya dan selokan yang hening
kutinggalkan padamu sedu sedan
dan biarkan kulalui malam
tanpa hujan
tanpa gelisah


-Chinmi-
080210

Luka Di Ujung Waktu

sayu mataku mengecap malam
tapi wangi direguk lenyap
bersama embun yang luruh

layu mataku menatap malam
padahal buta seperti pagi
saat hening tumpah ke atas sajadah

"munafik!"
tiba-tiba hardik itu kasar menancap di sujudku
ketika repih-repih sesal coba kupadatkan kembali menjadi senandung puji,
aku terhakimi

di dentang ke lima yang menjadi sunyi
basah mataku membantah
; sajadah itu saksi


-Chinmi-
311209