Pages

Subscribe:

Labels

Prakata;

Blog ini dalam tahap pengembangan, sumbangsih ide, kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih..

Senin, 10 Januari 2011

SAJAK DAHAN JAMBU

Tepi-tepi kubah langit ternodai merah dan jingga matahari, saat senja menghantar temaram. Kini, di tempat dimana tadi mentari padam, tampak rembulan kemayu merias wajah, bersiap untuk malam yang panjang. Dan memang malam benar-benar panjang untukku. Tapi aku tahu, ini baru mula. Sebermula kabut tipis yang turun begitu rendah, hingga kaki-kaki pohon hanya tampak samar dari tempatku bergantung. Entahlah, mungkin juga mataku yang mulai lamur karena terlalu banyak menangis.

Bagaimana tidak?
Ini adalah kali pertama purnama memangkuku dalam kesendirian.

Adakah kau tahu arti kesendirian untuk seekor kelelawar betina dewasa seperti aku?
Ya, tentu saja; sebuah cemooh, sebuah gunjingan yang berhembus dari dahan ke dahan, lalu menggema di dalam gua, yang baru akan berhenti bila musim kawin tiba, karena mereka asyik dengan pasangannya masing-masing.

Sementara aku memilih berpura-pura sibuk mengumpulkan makanan. Padahal itu tak penting. Yang lebih kubutuhkan sekarang adalah mengumpulkan keberanian untuk menghadapi malam-malam mengerikan. Dan lebih mengerikan ketika akhirnya aku tahu, aku telah berjudi mempertaruhkan seluruh hidup dengan berjanji untuk setia menunggu.

O, kekasih..
Inikah sajak sunyi yang sengaja kau cipta untukku? Sedangkan bentang sayap ini semakin melemah untuk terus mengapit janji agar tidak jatuh dalam malam yang benar-benar usang. Tidakkah kau tahu, betapa setiap saat rasa putus asa tumbuh semakin besar di dadaku? Bahkan menindih hasrat untuk terbang mengitari senja dan merasakan manisnya bunga-bunga jambu yang baru mekar.

kekasih,
lihatlah! bunga-bunga jambu pun luruh untukmu.
dan aku masih menunggumu, meski purnama tlah berlalu.


-Chinmi-
18072010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar